Load more

Kepemimpinan Dakwah Rasullah SAW, Bersumber Dari Pribadi yang Luhur

Kepemimpinan Dakwah Rasullah SAW, Bersumber Dari Pribadi yang luhur dan Petunjukunjuk Wahyu Ilahi

Menurut Toto Tasmara bahwa pemimpin itu pelayan umat (al-imam khadamul ummah). Beliau memberikan keteladanan kepada kita tentang artinya pemimpin sebagai orang yang sangat besar perhatiannya kepada orang lain, bahkan tidak ingin dirinya menjadi beban. Beliau lebih lapar dari yang lapar, ketika suasana duka cita, beliau menunjukkan duka yaang sangat mendalam sebagai bentuk empati dan simpati kepada mereka yang sedang dalam kesusahan. Inilah bentuk kepemimpinan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. kepada umat Islam. Sebuah gaya kepemimpinan yang melayani, kepemimpinan yang berdasarkan keteladanan, dan bahkan kepemimpinan yang berdasarkan kepada nilai rohaniah (spiritual leadership)
Dengan mengambil keteladann Rasulullah, seharussya setiap setiap peribadi muslim sangat bangga untuk melayani. Baginya melayani adalah keterpanggilan sekaligus merupakan salah satu citra dari umat Islam. Diantara prinsip-prinsip pelayanan tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Melayanani itu ibadah dan karenanya harus ada rasa cinta dan semangat yang membara didalam hati pada setiap tindakan pelayanan anda.
2. Memberi dahulu dan anda akan menerima ROSE (Return on Service Excellent).
3. Mengerti orang lain terlebih dahulu sebelum ingin dimengerti.
4. Bahagiakanlah orang lain terlebih dahulu; kelak, anda akan menerima kebahagiaan melebihi dari apa yang anda harapkan.
5. Menghargai orang lain sebagaimana diri anda ingin dihargai (sebagaimana sabda Rasulullah, ”tidaklah engkau disebut beriman keculai engkau mencintai orang lain sebagaimana engkau mencintai dirimu.” Lakukanlah empati yang sangat mendalam dan tumbuhkan sinergi.

Ada banyak sifat-sifat mulia yang dimiliki Muhammad saw. sebagai seorang “pemimpin dakwah”, Menurut Syafii Antonio, Sifat-sifat itu antara lain adalah sebagaimana berikut:

1. Disiplin wahyu

Seorang rasul pada dasarnya adalah pembawa pesan Ilahiyah untuk disampaikan kepada umatnya. Oleh karena itu tugasnya menyampaikan firman-firman Tuhan. Ia tidak mempunyai otoritas untuk membuat-buat aturan keagamaan tanpa bimbingan wahyu. Seorang rasul juga tidak dapat mengurangi atau menambah apa yang telah disampaikan kepadanya oleh Allah. Ia juga tidak boleh menyembunyikan firman-firman Tuhan meskipun itu merupakan suatu teguran kepadanya, atau sesuatu yang mungkin saja menyulitkan posisinya sebagai manusia biasa di tengah umatnya.
Muhammad Saw. menjalankan fungsi ini dengan baik. Beliau tidak berbicara kecuali sesuai dengan wahyu. Beliau tidak membuat-buat ayat-ayat suci dengan mengikuti nafsunya sendiri. Beliau juga tidak menambah atau mengurangi apa yang telah disampaikan kepadanya. Dalam beberapa kesempatan wahyu diturunkan untuk mengkritik sifat beliau tetapi beliau tetap menyampaikannya. Misalnya ketika beliau kurang memberikan perhatian penuh kepada Abdullah bin Ummi Maktum yang buta karena sedang menghadapi delegasi para pemimpin Quraysi. Beliau juga menyampaikan wahyu Allah tentang pernikahan “controversial” yang dilakukannya dengan Zainab bin Jahsy meskipun ini menyulitkan posisinya, terutama menghadapi tekanan dari kaum munafik yang selalu berusaha mencari celah untuk menjatuhkan wibawanya. Singkatnya, Muhammad Saw. memang seorang pembawa wahyu yang mulia.

2. Memberikan teladan.

Pemimpin yang baik adalah yang mampu memberikan teladan yang baik kepada umatnya. Sebagai seorang pemimpin keagamaan, Muhammad SAW juga memberikan teladan yang baik kepada umatnya, khususnya dalam melaksanakan ritual-ritual keagamaan dan melaksanakan code of conduct kehidupan social masyarakat.
Dalam mengerjakan shalat misalnya, beliau telah memberikan contoh bagaimana mengerjakan shalat yang benar. Beliau pernah mengatakan, “Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat”  

Dapatkan Full artikel ini dengan mengklik tautan berikut : 

Kepemimpinan Dakwah Rasullah SAW, Bersumber Dari Pribadi yang luhur dan Petunjukunjuk Wahyu Ilahi

0 komentar:

Post a Comment