Sejarah dakwah kita telah membuktikan bahwa Allah SWT telah menganugerahkan kemenangan demi kemenangan dalam tiap tahapnya. Ibarat sebuah drama, tiap babak berakhir dengan kemenangan, meskipun di awal atau pertengahannya ada "pertarungan" seru yang membuat kita memar, berdarah, atau bergores luka.Peralihan satu mihwar ke mihwar yang lainnya juga menunjukkan kemenangan. Bahkan, dengan pola jihad siyasi yang siklus pertarungannya dua sampai tiga kali dalam lima tahun, kemenangan itu bisa lebih sering dituai.
Satria Hadi Lubis melalui buku Beginilah Seharusnya Aktivis Dakwah! Ini mengajak kita memahami hakikat kemenangan dan kesuksesan dakwah serta berupaya meraih kemenangan berikutnya setelah kemenangan saat ini.
Hakikat Kemenangan Dakwah
"Sungguh tak ada celah sedikitpun bagi kita untuk sombong dengan menganggap kemenangan itu adalah hasil upaya kita," kata Sayyid Qutb yang dikutip penulis di halaman 23, "baik upaya individual maupun jamaah. Kemenangan yang kita peroleh pada hakikatnya adalah pertolongan dari Allah."
Inilah hakikat kemenangan dakwah; pertolongan dari Allah. Karenanya Allah membimbing Rasulullah saat fathu Makkah, hingga beliaupun bertasbih, bertahmid, dan beristighfar. Tuntunan itu tetap abadi hingga kini, termaktub di surat An-Nasr dalam kitab suci.
Sikap dan Upaya Meraih Kemenangan Berikutnya
Mulai halaman 35, Satria Hadi Lubis mengupas sikap dan upaya yang harus dilakukan oleh aktivis dakwah untuk selalu meraih kemenangan dan kesuksesan. Sikap itu dikelompokkan dalam tiga poin; agenda kaderisasi (tarbiyah), agenda pelayanan (khodimul ummah), dan penataan organisasi (tandzimiyah).
Agenda Kaderisasi (Tarbiyah)
Di awal pembahasan ini, Satria Hadi Lubis mengutip perkataan Syaikh Mustafa Masyhur: "Jangan sampai perhatian kita kepada politik (siyasah) mengalahkan perhatian kita kepada tarbiyah."
Mengapa? Karena tarbiyah adalah ruh gerakan kita. Tarbiyah adalah jiwa dalam amal dakwah kita. Sekali kita menggeser tarbiyah menjadi kegiatan sekunder, kita menjauhkan dakwah ini dari tujuannya sekaligus membuat dakwah rapuh dan jauh dari kemenangannya.
Agenda tarbiyah bertujuan mencetak kader berkualitas sebanyak-banyaknya. Dalam istilah Al-Qur'an ini disebut ribbiyuuna katsiir. Buku ini menjelaskan, ada lima hal yang perlu dilakukan dalam agenda besar tarbiyah:
Pertama, membudayakan tarbiyah dzatiyah. Tarbiyah dzatiyah di sini bukan sebatas membaca buku atau mengembangkan pemahaman dan ilmu secara mandiri, tetapi yang paling mendasar adalah meningkatkan ibadah yaumiyah. Tarbiyah dzatiyah berarti upaya personal kader dakwah untuk bermujahadah (upaya sungguh-sungguh) membiasakan ibadah-ibadah sunnah. Mulai dari tilawah, qiyamullail, shalat sunnah, dzikir, hingga puasa sunnah. Tarbiyah dzatiyah seperti itu akan membuat ikhwah lebih imun terhadap godaan, mencegahnya dari kemaksiatan dan membuatnya istiqamah di medan perjuangan.
Kedua, penyegaran halaqah/usrah. Yakni dengan terus memperbaiki dinamika halaqah/usrah, sekaligus produktifitasnya. Dinamis agar tidak jenuh dan jemu, tidak dikalahkan oleh dakwah ammah yang gegap gempita. Produktif maksudnya halaqah/usrah bukan sekedar "dinikmati" dan dirindukan tiap pekan, tetapi juga mampu mencapai tiga tujuan utamanya; membentuk muwashafat peserta, mencetak peserta menjadi murabbi dan mengembangkan potensi secara maksimal.
Ketiga, mencetak muwajih. Karena tidak semua mad'u dan simpatisan tertarik langsung dengan halaqah, majelis taklim adalah sarana dakwah yang masih cukup efektif. Minat terhadap taklim semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah simpatisan dan meluasnya medan dakwah. Namun, ketersediaan muwajih taklim masih sangat terbatas sehingga agenda kaderisasi untuk mencetak muwajih menjadi sangat penting. Struktur dan halaqah perlu membuat sistem yang efektif untuk merealisasikan agenda ini. Dan dalam buku ini, dipaparkan beberapa saran aplikatif untuk itu.
Keempat, mencetak murabbi/naqib. Sebagaimana halaqah/usrah merupakan sarana paling efektif dalam kaderisasi, ketersediaan murabbi/naqib juga sangat penting. Selain menyelenggarakan daurah atau program lain untuk menyiapkan murabbi, Satria Hadi Lubis juga menyarankan adanya sertifikasi murabbi untuk memacu ikhwah menjadi murabbi yang handal.
Kelima, mengokohkan fikrah dakwah. Terutama pada era jamahiriyah yang tantangannya semakin beragam dan manuver siyasah terus berkembang. Agar asholah fikrah tidak tergerus dari kader dakwah. Salah satu cara yang bisa dilakukan secara personal aktivis dakwah adalah dengan mengkaji kembali buku-buku mufakir dakwah generasi awal.
Agenda Melayani Umat (Khodimul Ummah) Melayani umat bukanlah strategi dakwah, tetapi ia adalah bagian dari amal sekaligus tujuan dakwah. Maka kemenangan dakwah juga harus diikuti dengan peningkatan pelayanan untuk umat.
Satria Hadi Lubis menjelaskan, ada 8 hal yang perlu dilakukan dalam agenda pelayanan umat, terutama ketika dakwah menuai kemenangan:
1. Meningkatkan pemahaman politik
2. Meningkatkan citra Islam yang damai
3. Memberantas korupsi
4. Menegakkan supremasi hokum dan disiplin
5. Memprioritaskan pendidikan
6. Membangun ekonomi Islam, meningkatkan kesejahteraan
7. Mewarnai media massa
8. Menjalin silaturahim dengan kelompok lain
Agenda Penataan Organisasi
Ini juga merupakan agend penting agar organisasi semakin kokoh sehingga kerja-kerja dakwah lebih mudah dan pelayanan umat berjalan optimal.
Agar organisasi dakwah semakin kuat, Satria Hadi Lubis merekomendasikan 7 langkah utama:
1. Meningkatkan kemampuan manajemen
2. Meningkatkan karakter kepemimpinan
3. Memberdayakan personil berbasis potensi
4. Menyeimbangkan piramida dakwah
5. Mengokohkan wilayah dakwah
6. Memberdayakan perempuan
7. Mengokohkan keluarga
Tentu saja penjelasan masing-masing poin ini dan poin sebelumnya bisa dibaca secara lengkap dalam buku Beginilah Seharusnya Aktivis Dakwah! Karya Satria Hadi Lubis ini. Semoga kita termasuk aktivis dakwah yang berupaya mencapai kondisi ideal seperti di buku ini, hingga menjadi salah seorang yang ambil bagian dalam menanam saham kemenangan.
Satria Hadi Lubis melalui buku Beginilah Seharusnya Aktivis Dakwah! Ini mengajak kita memahami hakikat kemenangan dan kesuksesan dakwah serta berupaya meraih kemenangan berikutnya setelah kemenangan saat ini.
Hakikat Kemenangan Dakwah
"Sungguh tak ada celah sedikitpun bagi kita untuk sombong dengan menganggap kemenangan itu adalah hasil upaya kita," kata Sayyid Qutb yang dikutip penulis di halaman 23, "baik upaya individual maupun jamaah. Kemenangan yang kita peroleh pada hakikatnya adalah pertolongan dari Allah."
Inilah hakikat kemenangan dakwah; pertolongan dari Allah. Karenanya Allah membimbing Rasulullah saat fathu Makkah, hingga beliaupun bertasbih, bertahmid, dan beristighfar. Tuntunan itu tetap abadi hingga kini, termaktub di surat An-Nasr dalam kitab suci.
Sikap dan Upaya Meraih Kemenangan Berikutnya
Mulai halaman 35, Satria Hadi Lubis mengupas sikap dan upaya yang harus dilakukan oleh aktivis dakwah untuk selalu meraih kemenangan dan kesuksesan. Sikap itu dikelompokkan dalam tiga poin; agenda kaderisasi (tarbiyah), agenda pelayanan (khodimul ummah), dan penataan organisasi (tandzimiyah).
Agenda Kaderisasi (Tarbiyah)
Di awal pembahasan ini, Satria Hadi Lubis mengutip perkataan Syaikh Mustafa Masyhur: "Jangan sampai perhatian kita kepada politik (siyasah) mengalahkan perhatian kita kepada tarbiyah."
Mengapa? Karena tarbiyah adalah ruh gerakan kita. Tarbiyah adalah jiwa dalam amal dakwah kita. Sekali kita menggeser tarbiyah menjadi kegiatan sekunder, kita menjauhkan dakwah ini dari tujuannya sekaligus membuat dakwah rapuh dan jauh dari kemenangannya.
Agenda tarbiyah bertujuan mencetak kader berkualitas sebanyak-banyaknya. Dalam istilah Al-Qur'an ini disebut ribbiyuuna katsiir. Buku ini menjelaskan, ada lima hal yang perlu dilakukan dalam agenda besar tarbiyah:
Pertama, membudayakan tarbiyah dzatiyah. Tarbiyah dzatiyah di sini bukan sebatas membaca buku atau mengembangkan pemahaman dan ilmu secara mandiri, tetapi yang paling mendasar adalah meningkatkan ibadah yaumiyah. Tarbiyah dzatiyah berarti upaya personal kader dakwah untuk bermujahadah (upaya sungguh-sungguh) membiasakan ibadah-ibadah sunnah. Mulai dari tilawah, qiyamullail, shalat sunnah, dzikir, hingga puasa sunnah. Tarbiyah dzatiyah seperti itu akan membuat ikhwah lebih imun terhadap godaan, mencegahnya dari kemaksiatan dan membuatnya istiqamah di medan perjuangan.
Kedua, penyegaran halaqah/usrah. Yakni dengan terus memperbaiki dinamika halaqah/usrah, sekaligus produktifitasnya. Dinamis agar tidak jenuh dan jemu, tidak dikalahkan oleh dakwah ammah yang gegap gempita. Produktif maksudnya halaqah/usrah bukan sekedar "dinikmati" dan dirindukan tiap pekan, tetapi juga mampu mencapai tiga tujuan utamanya; membentuk muwashafat peserta, mencetak peserta menjadi murabbi dan mengembangkan potensi secara maksimal.
Ketiga, mencetak muwajih. Karena tidak semua mad'u dan simpatisan tertarik langsung dengan halaqah, majelis taklim adalah sarana dakwah yang masih cukup efektif. Minat terhadap taklim semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah simpatisan dan meluasnya medan dakwah. Namun, ketersediaan muwajih taklim masih sangat terbatas sehingga agenda kaderisasi untuk mencetak muwajih menjadi sangat penting. Struktur dan halaqah perlu membuat sistem yang efektif untuk merealisasikan agenda ini. Dan dalam buku ini, dipaparkan beberapa saran aplikatif untuk itu.
Keempat, mencetak murabbi/naqib. Sebagaimana halaqah/usrah merupakan sarana paling efektif dalam kaderisasi, ketersediaan murabbi/naqib juga sangat penting. Selain menyelenggarakan daurah atau program lain untuk menyiapkan murabbi, Satria Hadi Lubis juga menyarankan adanya sertifikasi murabbi untuk memacu ikhwah menjadi murabbi yang handal.
Kelima, mengokohkan fikrah dakwah. Terutama pada era jamahiriyah yang tantangannya semakin beragam dan manuver siyasah terus berkembang. Agar asholah fikrah tidak tergerus dari kader dakwah. Salah satu cara yang bisa dilakukan secara personal aktivis dakwah adalah dengan mengkaji kembali buku-buku mufakir dakwah generasi awal.
Agenda Melayani Umat (Khodimul Ummah) Melayani umat bukanlah strategi dakwah, tetapi ia adalah bagian dari amal sekaligus tujuan dakwah. Maka kemenangan dakwah juga harus diikuti dengan peningkatan pelayanan untuk umat.
Satria Hadi Lubis menjelaskan, ada 8 hal yang perlu dilakukan dalam agenda pelayanan umat, terutama ketika dakwah menuai kemenangan:
1. Meningkatkan pemahaman politik
2. Meningkatkan citra Islam yang damai
3. Memberantas korupsi
4. Menegakkan supremasi hokum dan disiplin
5. Memprioritaskan pendidikan
6. Membangun ekonomi Islam, meningkatkan kesejahteraan
7. Mewarnai media massa
8. Menjalin silaturahim dengan kelompok lain
Agenda Penataan Organisasi
Ini juga merupakan agend penting agar organisasi semakin kokoh sehingga kerja-kerja dakwah lebih mudah dan pelayanan umat berjalan optimal.
Agar organisasi dakwah semakin kuat, Satria Hadi Lubis merekomendasikan 7 langkah utama:
1. Meningkatkan kemampuan manajemen
2. Meningkatkan karakter kepemimpinan
3. Memberdayakan personil berbasis potensi
4. Menyeimbangkan piramida dakwah
5. Mengokohkan wilayah dakwah
6. Memberdayakan perempuan
7. Mengokohkan keluarga
Tentu saja penjelasan masing-masing poin ini dan poin sebelumnya bisa dibaca secara lengkap dalam buku Beginilah Seharusnya Aktivis Dakwah! Karya Satria Hadi Lubis ini. Semoga kita termasuk aktivis dakwah yang berupaya mencapai kondisi ideal seperti di buku ini, hingga menjadi salah seorang yang ambil bagian dalam menanam saham kemenangan.
0 komentar:
Post a Comment